Sekilas.co – PT Pintu Kemana Saja (PINTU), aplikasi crypto all-in-one, menyatakan optimisme bahwa pasar industri Web3 di sektor finansial akan tumbuh pesat di Indonesia, didorong oleh adanya infrastruktur yang memudahkan investor crypto domestik untuk berinvestasi.
“Kami optimis, pasar Web3 terus berkembang pesat di Indonesia,” ujar Head of Community PINTU, Jonathan Hartono, dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan, berdasarkan laporan dari Emergen Research, pasar Web3 di Asia Tenggara diproyeksikan mencapai nilai 6,4 miliar dolar AS pada 2030, dengan tingkat pertumbuhan 50,2 persen.
Data dari Chainalysis juga menunjukkan, dari sisi adopsi crypto, Indonesia menempati posisi ke-7 dalam indeks crypto global.
Dengan dukungan infrastruktur yang memungkinkan investor berinvestasi, melakukan trading, dan menjelajah dunia Web3 melalui satu aplikasi PINTU, Jonathan meyakini pasar Web3 di Indonesia akan terus tumbuh.
“Kami juga percaya bahwa developer di Indonesia tidak hanya akan bertambah jumlahnya, tetapi juga mampu menghadirkan inovasi berskala global,” tambah Jonathan.
PINTU kembali berpartisipasi dalam festival crypto terbesar di Indonesia, Coinfest Asia 2024, yang digelar di Valle Bali, Canggu, hasil kolaborasi bersama AWS Startups dan Saison Capital.
Dalam rangkaian Coinfest Week, PINTU menghadirkan BUIDLRS Web3 Sunset Gathering bertema “Unleashing Southeast Asia Web3 Potential”.
Co-founder & CEO Copra Labs, Brian Limiardi, menilai bahwa meski negara Asia Tenggara lain seperti Thailand atau Vietnam memiliki komunitas developer dan ukuran pasar lebih kecil, para founder mampu menghadapi tantangan dengan lebih baik dan terus berkembang.
Sementara itu, pasar Web3 di Indonesia menghadapi persaingan lebih ketat karena ruang Web2 di tanah air sangat besar dan dinamis.
Menurut Brian, katalis utama untuk mendorong pertumbuhan pasar Web3 adalah kembalinya sektor Decentralized Finance (DeFi).
“Meskipun banyak narasi baru muncul dalam siklus ini, banyak pihak tetap menyadari bahwa DeFi berada di lapisan aplikasi dari infrastruktur yang jelas,” ujar Brian.
Partner dari Saison Capital, Qin En Looi, menilai industri Web3 di Asia memiliki potensi besar, khususnya di sektor finansial, karena didukung oleh lingkungan yang kondusif.
Selain itu, sejumlah lembaga dan pemerintah di Asia sudah mulai bereksperimen dengan teknologi blockchain untuk menghadirkan berbagai solusi.
“Saya telah berbicara dengan banyak developer Web3, dan saya melihat bagaimana mereka bisa menjangkau masyarakat luas,” kata Qin.
Qin menambahkan, cara sederhana untuk menumbuhkan pasar Web3 adalah dengan mempermudah interaksi pengguna agar memiliki dompet crypto melalui banyak opsi, seperti login via media sosial atau email.
“Selain itu, User Interface (UI) dan User Experience (UX) harus dibuat lebih mudah diakses. Developer Web3 tidak boleh malas dan harus terus berinovasi,” tegas Qin.
Co-founder Magnify Cash, Tytan.eth (Ty Blackcard), menilai pasar Web3 di Asia memiliki daya tarik tersendiri. Berbeda dengan Amerika Serikat atau Kanada, di mana masyarakat sudah sangat memahami crypto.
Menurut Tytan, tantangan di Barat bukan soal kesadaran, tetapi edukasi yang membutuhkan waktu.
Di Asia, khususnya Indonesia, masyarakat berada pada tahap paparan pertama terhadap crypto. Meski volume transaksinya belum besar, namun potensinya sangat menarik.
“Kolaborasi juga terasa lebih mudah dan energinya lebih bebas dibandingkan pasar Barat. Banyak energi, uang, dan perhatian yang bergerak ke arah ini,” ujar Tytan.





